Sabtu, 09 Mei 2009

cacing filaria

CACING FILARIA JENIS WUCHERERIA BANCROFTI PENYEBAB PENYAKIT KAKI GAJAH (FILARIASIS LIMFATIK)
A. MORFOLOGI
ü Sinonim : filaria bancrofti (cobbold, 1877), Seurat, 1921
ü Cacing ini bersifat vivipar cacing betina yang hamil dalam uterusnya berisi embrio dan melahirkan mikrofilaria
ü Habitat : saluran dan kelenjar limfe terutama di bawah diaphragma, mikrofilaria mikrofilaria terdapat di dalam darah.
ü Hospes : manusia merupakan tuan rumah definitif
ü Morfologi : Cacing dewasa berwarna putih kekuning-kuningan, diliputi kutikula halus, berbentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian anterior membengkak, mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya, langsung menuju esofagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun kontriksi seperti tanda khas yang terdapat pada nematoda.
o Cacing jantan kurang lebih 40mm x 0,1 mm, ujung kaudal melengkung ke ventral didapat 12 pasang papila perianal, terdiri atas 8 pasang preanal dan 4 pasang posanal. Terdapat dua spikula dengan gubernakulum yang berbentuk bulan sabit.
o Cacing betina, 80-100 mm x 0,24-0,30 mm, vulva terletak di daerah servikal, vagina pendek dengan sebuah segmen keluar dari uterus selanjutnya organ genitalia ini berpasangan. Embrio yang masih muda terdapat di bagian dalam uterus dilapisi lapisan hialin yang tipis, kurang lebih 38 x 25 μ, apabila terdorong ke bagian uterus, bungkusnya memanjang menyesuaikan dengan bentuk embrio sampai embrio lahir tetap terbungkus sarung, embrio ini disebut mikrofilaria.
o Mikrofilaria, bermigrasi ke saluran limph dan saluran darah (224-296) x (7,5-10) μ, ujung anterior tumpul sedangkan ujung posterior lebih tajam, lekuk badannya halus. Bergerak perlahan sesuai dengan aliran limph atau darah. Intinya teratur, bagian ekor kosong, tidak mendapat inti, cephalic space dengan perbandingan ukuran panjang sama dengan lebarnya.


Gambar 1 cacing wuchereria bancrofti dan microfilaria
http://www.Wikipedia /filariasis.swf
II. FARMAKOKINETIKA
A. Portal Entri
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva (L3). Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak
Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7 bulan. siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk
Gambar 2 Mekanisme Cacing Wuchereria bancrofti Dalam Menimbulkan Penyakit Kaki Gajah
http://www.geocities.com/filariasis.swf

B. ABSORPSI
Cacing Wuchereria bancrofti mekanisme absorpsinya terjadi secara difusi dimana mengikuti aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah kapiler dan masuk ke pembuluh limfe.
B. DISTRIBUSI
Absorpsi cacing Wuchereria bancrofti ke dalam tubuh manusia akan berlanjut dengan proses distribusi ke organ target yaitu ke pembuluh limfe.


ü Pada Tubuh Nyamuk
Sesuai dengan periodisitasnya, microfilaria ini sampai di pembuluh darah perifer, darah dihisap oleh nyamuk yang bertindak sebagai vector, microfilaria turut terisap, sampai di lambung nyamuk. Di sini microfilaria melepaskan sarungnya, terjadi 1-6 jam setelah berada di dalam tubuh nyamuk (abdomen). Kemudian dengan ujung cephalicnya, dinding lambung nyamuk di tembus dan menuju ke otot thorax. Dengan melalui 3 kali metamorfosa pada hari ke 10-11 menjadi larva kecil, langsing, infektif (1,4-2)mm x (18-23)μ, menuju kepala dan kelenjar liur nyamuk.
Gambar 3 Anatomi Nyamuk Dewasa
www.http://fmel.ifas.ufl.edu/key/anatomy/adult.
ü Pada Tubuh Manusia
Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang mengendung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan stadium V. Cacing Filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan, misalnya pada kaki dan disebut kaki gajah (filariasis).
Gambar 4 Daur Hidup Filaria pada Tubuh Manusia
http://www.geocities.com/filariasis.swf

1. Larva Infective dimasukkan ke dalam kulit oleh gigitan nyamuk.
2. Larva mencari jalan ke dalam lymphatics.
3. Cacing dewasa mengembangkan efferent mengandung saluran getah bening dan menghalangi aliran getah bening.
4. Penyakit kaki gajah, yang ditimbulkan karena radang pembuluh limfa (Lymphangitis) disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa akibatnya adalah hipertrofi dari jaringan sel, terutama dibagian kaki yang dapat membesar sampai 30 cm.
5. Microfilariae memasuki darah melalui peredaran darah yang berhubungan dengan dada.
6. Microfilariae berada dalam darah periferal.
7. Pengembangan Larva oleh vektor nyamuk.
III. VEKTOR
Di daerah berhawa panas (daerah katulistiwa). Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vector. Filariasis bancorti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vector utamanya Culex fatigans yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya pada air kotor sekitar rumah. Filariasis bancrofti pedesaan (rural bancroftian filariasis) vektornya nyamuk Aedes, Anopheles dan Mansoni.
IV. EFEK BIOLOGIS
1. pada masa inkubasi biologi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak masuknya larva infektif menembus kulit sampai munculnya microfilaria untuk pertama kali di dalam darah perifer biasanya membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih. Periode ini dilewati tanpa gejala yang berarti, kecuali bagi mereka yang hipersensitif terhadap microfilaria timbul gejala alergi.
2. periode tanpa gejala (periode asimptomatik): biasanya berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya gejala yang nyata walaupun microfilaria telah ditemukan di dalam darah perifer
3. Gejala klinis akut berupa peradangan pada kelenjar limfe atau (limfeadenitis) atau saluran limfe (limfangitis), peradangan pada kelenjar dan saluran limfe (adenolimfangitis), yang umumnya disertai demam, sakit kepala, rasa lemah, dan dapat terjadi abses, yang kemudian pecah dan sembuh dengan meninggalkan parut. Parut tersebut sering ditemukan di daerah lipat paha dan ketiak. Pada infeksi Wuchereria dapat ditemukan demam bila terjadi orkitis, epididimitis, dan funikulitis.
4. Gejala klinis kronis terbagi menjadi menjadi tiga, yaitu Limfedema atau Elefantiasis, Hidrokel, dan Kiluria. Limfedema adalah mengenai seluruh kaki atau lengan, skrotum, vagina, dan payudara. Pada infeksi Wuchereria dan dapat mengenai kaki, lengan, di bawah lutut, siku, pada infeksi Brugia. Sedangkan Hidrokel adalah pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan limfe. Hidrokel dapat menjadi indikator endemistas Filariasis banbrofti. Lalu kilutia ialah kencing seperti susu karena kebocoran saluran limfe di daerah pelvik ginjal sehingga cairan limfe masuk ke saluran kencing. Kasus kiluria jarang ditemukan di daerah W. Bancrofti.



Gambar 5 Efek Biologis dari cacing filariasis
www.mediaindonesia.com
V. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
1. Pengobatan
Pemberian diethylcarbamazine, (DEC), Hetrazan (1-diethylcarbamyl 1-4 methylpiperazine hydrogen citrate). (Hawking, 1955)
2. Pencegahan
The Expert Committee on filariasis (WHO, 1962), telah menganjurkan suatu program pencegahan yang menyeluruh sebagai berikut:
a. Pengobatan dengan diethylcarbamazine (46 mg dalam bentuk garam citrate untuk 5-6 dosis) berturut-turut tiap hari dalam beberapa minggu atau bulan
b. penggunaan insektisida yaitu penyemprotan di dalam dan di sekitar rumah dengan DDT, atau dieldrine







DAFTAR PUSTAKA


ü http://www.geocities.com/filariasis.swf
ü http://images.robron.multiply.com/
ü J. Soemirat , Toksikologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2005
ü R.Orihel TC :Atlas of human parasitologi, 3d ed. Chicago, ASCP, 1990
ü www.http://fmel.ifas.ufl.edu/key/anatomy/adult.
ü www.mediaindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar